Ia mengatakan berbagai isu krusial menjadi sorotan dalam kegiatan tersebut seperti perkembangan kondisi penyu dan cetacea terkini, tantangan pengelolaan kawasan habitat penting, hingga arah kebijakan dan strategi perlindungan spesies di tengah tekanan aktivitas manusia dan perubahan iklim.
"Salah satu sesi penting dalam kegiatan ini adalah pembahasan dokumen matriks aksi RAN yang mencakup tujuan, indikator, lokasi prioritas, serta penanggung jawab pelaksana aksi," katanya.
Sementara itu, Direktur Konservasi Spesies dan Genetik Direktorat Jenderal Pengelolaan Kelautan (DJPK) KKP Sarmintohadi mengatakan pentingnya dukungan semua pihak dalam penyusunan RAN, sebagai panduan strategis dalam perlindungan dan pengelolaan penyu serta cetacea di Indonesia.
Menurut dia, penyu dan cetacea tidak hanya memiliki nilai ekologis, tetapi juga nilai sosial dan budaya yang tinggi bagi masyarakat pesisir.
Oleh karena itu, ia mengatakan penyusunan rencana aksi tersebut menjadi langkah konkret KKP dalam mendorong tercapainya tujuan perlindungan keanekaragaman hayati laut secara berkelanjutan.
"Dokumen ini diharapkan menjadi pijakan utama bagi berbagai pihak dalam upaya perlindungan spesies laut dilindungi secara terintegrasi dan berkelanjutan," kata Sarmintohadi.
Perwakilan Yayasan WWF Indonesia Ranny R Yuneni mengatakan penting adanya pendekatan berbasis data dan sains terkini.