SHARE

Vaksinasi COVID-19

CARAPANDANG.COM - Badan Pengatur Produk Kesehatan dan Obat-obatan (MHRA) Inggris mengklaim bahwa efek penggumpalan darah yang dilaporkan oleh sejumlah negara Eropa yang diduga berasal dari penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca, tidak disebabkan oleh vaksin tersebut.

“Penggumpalan darah bisa terjadi secara alami (dengan atau tanpa campur tangan vaksin) dan bukan hal yang jarang terjadi,” kata Kepala Keamanan Vaksin MHRA Phil Bryan, seperti dikutip dari laman resmi pemerintah Inggris ,Kamis.

Bryan menuturkan, lebih dari 11 juta dosis vaksin AstraZeneca telah diberikan di seluruh Inggris, dan jumlah kasus penggumpalan darah yang dilaporkan setelah pemberian vaksin tidak lebih tinggi dari jumlah kasus penggumpalan darah yang dapat terjadi secara alami kepada populasi yang telah divaksinasi. Namun, ia menyampaikan bahwa saat ini Inggris sedang meninjau semua laporan mengenai keluhan dan efek samping penggunaan vaksin tersebut dengan cermat---meskipun tetap menegaskan bahwa bukti yang ada tidak menunjukkan bahwa vaksin AstraZeneca adalah penyebab penggumpalan darah.

“Kami bekerja sama dengan para mitra internasional kami untuk memahami pengalaman global keamanan vaksin COVID-19 dan juga dalam hal berbagi data dan laporan keamanan secara cepat,”ujar dia.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memuji MHRA sebagai salah satu regulator terbaik dan paling berpengalaman di seluruh dunia.

“Mereka (MHRA) melihat tidak ada alasan yang tepat untuk menghentikan program vaksinasi yang tengah berlangsung, jadi kami tetap yakin tentang program vaksinasi ini dan senang sekali melihat program ini dijalankan dengan cepat di seluruh wilayah Inggris,”kata Johnson.

Belasan negara Eropa, di antaranya Spanyol, Jerman, Prancis, dan Italia, telah menghentikan penggunaan vaksin AstraZeneca pekan ini di tengah kekhawatiran tentang keamanan vaksin, meskipun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (17/3) mengatakan telah menganggap khasiat vaksin itu lebih besar ketimbang risikonya. WHO juga telah merekomendasikan agar vaksinasi COVID-19 dilanjutkan, demikian laporan Reuters.