SHARE

Istimewa

CARAPANDANG.COM – Ratusan peternak ayam dan itik bersama Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dari empat universitas menggelar aksi damai di sejumlah lokasi menuntut kenaikan harga telur, karena anjloknya harga telur di tingkat peternak.

Salah seorang peternak asal Blitar Jawa Timur, Rofi Yasifun, saat dikonfirmasi, Senin, mengatakan, ratusan massa yang dibagi dalam beberapa kelompok siap menggelar aksi damai di Kementerian Perdagangan, di MPR/DPR/DPD RI, Kementerian Sosial, Kementerian Pertanian, Kantor Charoen Pokphand Indonesia, dan PT Japfa Comfeed Indonesia.

"Hari ini ada sekitar 40 bus dan beberapa mobil pribadi yang datang ke Jakarta. Jumlah massa bisa mencapai 1.500 orang dan kami akan tersebar di beberapa lokasi," kata Rofi.

Puluhan peternak turun dari bus dan berkumpul dari depan Lapangan IRTI Monas Jakarta Pusat. Menurut Rofi, para peternak itu berasal dari Blitar Jawa Timur dan Kendal Jawa Tengah, siap bergerak menuju ke Kementerian Perdagangan di Jalan MI Ridwan Rais Gambir Jakarta Pusat.

Di Kementerian Perdagangan, kata dia, massa akan melakukan audiensi untuk membahas kebijakan yang mendukung perlindungan bagi peternak petelur rakyat.

Kelompok peternak juga siap menggelar aksi damai di depan Kompleks MPR/DPR/DPD RI di Jalan Gator Subroto Senayan, Kementerian Sosial di Jalan Salemba Raya, dan Kementerian Pertanian di Jalan Harsono RM Ragunan.

Kelompok peternak juga siap menggelar aksi damai di kantor perusahaan pakan tarneak Charoen Pokphand Indonesia, dan PT Japfa Comfeed  Indonesia.

Adapun tuntutan utama dari para peternak adalah, pemerintah melalui Kementerian Pertanian dan Kementerian Perdagangan, dapat menyerap telur peternak  minimal 1.000 ton selama minimal satu minggu.

Para peternak mengaku, harga telur di tingkat peternak mencapai Rp12.500 sampai Rp13.500 per kilogram, atau jauh di bawah harga pokok produksi (HPP) telur yakni berkisar Rp21.500 per kilogram.

"Tuntutan kami adalah agar pemerintah segera menaikkan harga telur karena setiap hari kami merugi antara Rp8.000 sampai Rp9.000. Ini sudah berlangsung sejak akhir Juli lalu," kata Rofi.