SHARE

Istimewa

Selanjutnya, dr. Radityo mengatakan ada sedikit perbedaan dalam melakukan BHJD untuk bayi, anak-anak, orang dewasa, ibu hamil, dan pasien dengan kondisi khusus.

dr. Radityo mengatakan, BHJD terhadap orang dewasa dapat dilakukan jika terdapat indikasi henti jantung, henti nafas, dan korban tidak sadarkan diri.

Pertama, cek respon dengan lakukan tepukan pada bahu pasien sambil memanggil. Jika tidak ada respon, cari bantuan atau menelepon ambulans.

Selanjutnya, lakukan kompresi dada. Teknik kompresi dada adalah dengan membaringkan pasien di alas yang keras. Kemudian tekan di setengah bagian bawah tulang dada dengan kecepatan 100 hingga 120 kali per menit dan kedalaman 5 hingga 6 sentimeter.

Saat melakukan kompresi dada, posisi tangan penolong harus lurus. Satu tangan ditempel dengan dada pasien sementara tangan yang lain berada di bagian atas. Pastikan kedua siku lurus.

Setelah kompresi dilakukan sebanyak 30 kali, langkah selanjutnya adalah airway dengan mengangkat kepala secara perlahan. Satu tangan mengangkat dagu dan tangan lainnya mendorong dahi.

Langkah berikutnya adalah breathing. Berikan bantuan nafas sampai dada mengembang selama satu detik melalui mulut ke mulut, mulut ke hidung, mulut ke sungkup, menggunakan alat kantung pernafasan.

dr. Radityo mengatakan, jika ada dua penolong, maka tiap penolong harus mengerti peranan masing-masing. Penolong yang melakukan kompresi dada memberikan pedoman yakni menghitung dengan suara yang kuat. Perputaran antar penolong dilakukan setiap lima siklus atau dua menit.

Penggunaan AED dikerjakan pada irama jantung penyebab henti jantung mendadak di luar rumah, yakni ventrikel fibrilasi. Semakin lama defibrilasi, keberhasilannya semakin berkurang.

"Ventrikel fibrilasi ini jika didiamkan saja akan berubah menjadi asistol, yaitu ritme jantung yang mengancam nyawa," ujar dr. Radityo.

Pada pasien yang mengalami hipotermia berat yakni suhu tubuh di bawah 30 derajat celcius, dr. Radityo mengatakan butuh waktu 30 hingga 45 detik untuk mengecek pernafasan dan nadi pasien.

Jika ada irama aritmia, dipertimbangkan untuk menunda defibrilasi dan meneruskan resusitasi sambil melakukan rewarming. Kemudian, hindari gerakan berlebihan untuk mencegah ventrikel fibrilasi dan pastikan posisi pasien harus horizontal untuk mencegah perburukan hipotermia.

Kepada korban tenggelam, penolong harus berhati-hati dengan risiko fraktur tulang belakang dan mengakibatkan paralisis. Selamatkan jalan nafas korban dan melakukan heimlich maneuver jika terdapat benda asing di mulut korban.
 

Halaman :