SHARE

istimewa

Pemilihan karya dan komunitas dalam FKSM 2023 berangkat dari kerangka kurasi “Tanah Dialektika”, yang hendak menelisik bagaimana media dan teknologi turut berkontribusi pada dinamika suatu masyarakat, khususnya dalam meramu interpretasi tentang tanah – baik dalam artian simbolis maupun geografis – dan imajinasi tentang masa depan.

Sebagai titik tolak, gagasan 'tanah’ (atau terra) diajukan untuk mendorong seniman mengeksplorasi hubungan yang terus berkembang antara kita sebagai manusia, dengan tanah dan lingkungan kita. Sementara itu, tradisi membantu kita memahami dunia di sekitar kita. Tradisi mengungkapkan rasa identitas budaya bagi individu dan komunitas. Tradisi juga memberikan persepsi kesinambungan dan stabilitas dalam dunia dinamis yang senantiasa berubah.

Ko-kurator pameran, Sudjud Dartanto, menjelaskan pendekatan dialektis yang memungkinkan seniman  untuk meneliti, memperdebatkan, serta memadukan konsep dan perspektif yang berbeda. “Seniman diajak untuk melihat bagaimana jalinan tradisi-tradisi lama dan baru menciptakan dialektika yang menggali ekspresi budaya yang unik. Mereka dapat menafsirkan kembali tradisi yang sudah mapan dengan cara baru dan inovatif, atau menciptakan tradisi baru dengan mengintegrasikan aspek masa lalu dengan pengaruh modern dan kontemporer,” ungkap Sudjud.

download-8

FKSM 2023 kembali melibatkan Sudjud Dartanto, Jeong Ok Jeon dan Yudi Ahmad Tajudin sebagai kurator. Proses kurasi komunitas seniman cukup bervariasi dengan melibatkan undangan dari tim kuratorial, seleksi panggilan terbuka yang dilaksanakan selama Mei–Juni 2023, serta program lokakarya seni media dan pertunjukan silang-media yang dilaksanakan pada 9–13 Juni 2023. Selain itu, sosialisasi festival dan seni media juga dilakukan melalui sesi diskusi seni yang berlangsung sebanyak tiga kali, yaitu di Kupang, Nusa Tenggara Timur dan Bali pada Mei 2023, serta Lombok pada Juli 2023.

Dua puluh satu komunitas seniman yang terpilih dalam FKSM 2023: Tanah Dialektika adalah Bulqini (Bandung, Jawa Barat) berkolaborasi dengan Mantra Ardhana dan Sanggar Aruntala (Lombok, Nusa Tenggara Barat), Densiel  Lebang x Standart Collective (DKI Jakarta), Faisal Kamandobat dan Sanggar Matur Nuwun (Majenang, Jawa Tengah)  & Universitas Nahdlatul Ulama NTB (Mataram, Nusa Tenggara Barat), Funlabs.id (Mataram, Nusa Tenggara Barat), Gondola Team (DKI Jakarta), Heri Dono & Studio Kalahan (DI Yogyakarta), KAE & Ruang Digital Indonesia & Oberlan Monre (DKI Jakarta), Kolaborasi Seniman Lombok (Lombok, Nusa Tenggara Barat), Komunitas SEATAP UNDIKMA  (Mataram, Nusa Tenggara Barat).
 
Selanjutnya, Muhamad Hafiz Maha & GudRnD (DKI Jakarta), New Pessimism + Natasha Tontey (DKI Jakarta / DI Yogyakarta), Organic Mind (Lombok, Nusa Tenggara Barat), Pasirputih (Lombok, Nusa Tenggara Barat), Perempuan Pengkaji Seni (Sidoarjo, Jawa Timur), Performance RAR (Bandung, Jawa Barat), Prewangan Studio (Tuban, Jawa Timur), Sekolah Pedalangan Wayang Sasak (Lombok, Nusa Tenggara Barat) & WaftLab (Surabaya, Jawa Timur) Sikukeluang (Pekanbaru, Riau), SIKU Ruang Terpadu (Makassar, Sulawesi Selatan), Theo Nugraha & MUTUALS (Samarinda, Kalimantan Timur), dan Rachmat Mustamin & Studio Patodongi x NARA Ink (Makassar, Sulawesi Selatan). dilansir kemdikbud.go.id

Halaman :
Tags
SHARE